16 JUNI 2014 PUKUL 10.00 WIB PERESMIAN SENDANGSONO SETELAH RENOVASI

Kamis, 10 Oktober 2013

Kopi Asin...

Laki-laki itu datang ke sebuah pesta. Meskipun penampilannya tidak jauh berbeda dengan laki-laki lain yang datang, namun kelihatannya tidak seorang pun tertarik padanya. Laki-laki itu lalu memperhatikan seorang gadis yang tadi dikelilingi banyak orang. Di akhir pesta itu, ia memberanikan diri mengundang gadis itu untuk menemaninya minum kopi. Karena menunjukkan sikap yang sopan, gadis itu memenuhi undangannya. Akhirnya mereka duduk di sebuah warung kopi.
Begitu gugupnya, laki-laki itu tak tahu harus bagaimana memulai percakapan. Tiba-tiba ia barkata "Dapatkan engkau memberikan garam ke dalam kopiku?" Hampir semua orang yang ada di tempat itu tercengang dan memandang mereka penuh keheranan. Wajahnya memerah, tetapi ia tatap memasukkan garam ke dalam kopi dan meminumnya. Penuh rasa ingin tahu, gadis yang duduk di depannya pun bertanya " Bagaimana kau bisa mempunyai kebiasaan yang aneh ini?" Laki-laki itu pun menjawab " Ketika aku masih kecil, aku hidup di dekat laut dan aku suka bermain-main di laut. Jadi, aku tahu rasanya air laut, asin, seperti rasa kopi ini. Sekarang, setiap kali aku meminum kopi ini, aku terkenang akan masa kecilku, tentang kampung halamanku, aku sangat merindukan kampung halamanku. Aku merindukan orang tuaku yang tetap hidup di sana." Ia mengatakan itu sambil berurai air mata, kelihatannya sangat tersentuh. Gadis itu berfikir, "Apa yang diceritakan laki-laki itu adalah ungkapan isi hatinya yang terdalam. Orang yang menceritakan kerinduannya akan rumahnya adalah orang yang setia, peduli, dan bertanggung jawab terhadap seisi rumah." Maka, gadis itu pun mulai bercerita mengenai masa kecil dan kampung halamannya. Akhirnya mereka pun berpacaran. Gadis itu menemukan yang dia inginkan dalam diri laki-laki itu. Laki-laki itu begitu toleransi, baik hati, hangat, dan penuh perhatian. Ia adalah laki-laki yang sangat baik sehingga ia selalu merindukannya. Mereka menikah dan hidup bahagia. Setiap kali, ia selalu membuatkan kopi asin bagi suaminya, karena ia tahu suaminya sangat menyukai kopi asin. Sesudah empat puluh tahun menikah, suaminya meninggal. Ia meninggalkan surat kepada istrinya, " Sayangku, maafkan aku, maafkan kebohonganku selama aku hidup. Inilah satu-satunya kebohonganku padamu, yaitu tentang "kopi asin." Ingatkan engkau saat pertama kali bertemu dan berpacaran? Saat itu, aku begitu gugup untuk memulai 

percakapan kita. Karena kegugupanku, akhirnya aku meminta garam padahal yang aku maksudkan adalah gula. Selama hidupku, aku mencoba untuk mengatakan kepadamu hal yang sebenarnya. Sebagaimana aku telah berjanji bahwa aku tidak akan pernah berbohong kepadamu untuk apapun juga. Tapi aku tak sanggup mengatakannya. Kini aku sudah mati, aku tidak takut lagi. Maka, aku memutuskan untuk mengatakan kebenaran ini kepadamu, bahwa aku tidak suka kopi asin. Rasanya aneh dan tidak enak. Selama aku hidup, aku baru meminum kopi asin sejak aku mengenalmu. Meski begitu, aku tidak pernah menyesal untuk apapun yang aku lakukan untukmu. Memiliki engkau merupakan kebahagiaan terbesar yang pernah aku miliki selama hidupku. Jika aku dapat hidup untuk kedua kalinya, aku ingin tetap mengenalmu dan memilikimu selamanya, meskipun harus meminum kopi asin lagi." Air mata wanita itu membasahi surat yang dibacanya. Suatu hari, seseorang bertanya kepadanya, "Bagaiman rasanya kopi asin itu?" "Sangat enak," jawabnya. Kita selalu berfikir bahwa kita sudah mengenal pasangan kita lebih dari orang lain mengenal mereka. Tetapi, mungkin saja ada hal-hal tertentu yang tidak kita ketahui di mana pasangan kita telah rela meminum "kopi asin" dengan membuang ego, kesombongan, kesenangan, dan hobinya untuk menjaga keharmonisan kita dengannya. Ya, begitulah caranya mengasihi dan mencintai. Bukan menuntut, tetapi berkorban. Membuang kebencian dan mengasihi lebih lagi, menyebabkan rasa garam lebih enak dari rasa gula.


(Tulisan ini ku ambil dari sebuah sumber dan ku dedikasikan untuk setiap orang yang mau belajar mencintai) Tuhan Memberkati...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar